Film "Dua Garis Biru" ini merupakan salah satu film yang buat saya pribadi, merupakan film yang sarat akan edukasi buat banyak pihak. Mulai dari para remaja yang memasuki masa-masa kasmaran, orang tua yang punya anak di usia remaja, dan bahkan dunia pendidikan. Pada tulisan kali ini saya ingin menyampaikan opini tentang edukasi apa yang harus dipahami oleh masing-masing unsur tadi.
Sebelum masuk ke poin utamanya, saya mau membahas satu hal yang tidak kalah pentingnya. Sejak munculnya trailer film ini, sudah banyak pro kontra yang muncul. Terutama mengenai adegan-adegan yang dianggap terlalu vulgar dan tidak sesuai umur pemerannya. Untuk pendapat ini saya setuju, karena saya rasa mungkin bisa ada alternatif lain yang bisa digunakan untuk menceritakan alur cerita tanpa ada adegan romantis diawal film. mungkin bisa dibandingkan dengan film dengan alur cerita yang kurang lebih sama dari negri sebrang yang diawali dengan langsung pada adegan tes kehamilan. Saya rasa itu tidak mengurangi bobot pemahaman yang bisa diterima oleh penonton diawal film.
Jadi kalau saya boleh katakan, kesalahan film ini hanya satu, yaitu menampilkan adegan cukup dewasa diawal film. Tapi setelahnya, saya rasa sudah amat sangat baik dan cukup mengedukasi. Dan mudah-mudah sebagai penonton, kita bisa mengedepankan nilai dan manfaat yang bisa kita ambil dari film ini.
oke sekarang kita mulai bahas ya.
1. para remaja
2. Orang Tua
Tulisan ini berdasarkan sudut pandang saya dan tentu akan ada perbedaan persepsi diantara semua penonton. Tapi secara keseluruhan saya sangat mengapresiasi dibuatnya film ini. Diluar pro kontra yang ada, kita harus ingat bahwa semua orang pasti melakukan kesalahan, baik yang fatal maupun tidak, yang perlu kita lakukan adalah belajar dari kesalahan yang kita lakukan maupun orang lain lakukan.
oke sekarang kita mulai bahas ya.
1. para remaja
Ya, untuk seluruh teman-teman, adik-adik, dan mungkin kakak-kakak yang belum menikah, Film ini menunjukkan sosok 2 remaja yang sangat kekanak-kanakan dalam melakukan kesalahan tapi begitu dewasa dalam mempertanggungjawabkan kesalahannya. bagaimana sosok Dara bisa menunjukkan kedewasaan untuk menghargai sebuah kehidupan yang ia ciptakan. Dara bisa saja setuju untuk menggugurkan anak dalam kandungannya, tapi dia memilih tidak melakukannya dan mengambil semua resiko untuk mempertahankan bayi tersebut. Ini adalah keputusan besar yang tidak dilakukan oleh jutaan wanita lain yang mungkin mengalami kasus yang sama.
Lalu juga untuk sosok Bima yang tidak kalah keren menurut saya. Bukan karena wajahnya yang masih tampan walaupun dibuat dekil sedemikian rupa, tapi dari bagaimana dia bisa menunjukkan sikap gentleman-nya sebagai seorang laki-laki. Bagaiman ia tidak lari walaupun banyak pihak yang memberi tekanan dan walaupun sepertinya dia sendiri tidak terlalu bisa membayangkan betapa beratnya kehidupan yang mungkin akan dia jalani. Ini perlu banget dicontoh sama laki-laki di luar sana yang kalau kata orang-orang "mau enaknya aja".
Memang kalau dilihat dari akhir ceritanya sedikit bikin galau dan kecewa sih. Tapi mungkin ini memang realitanya. Sedewasa apapun 2 manusia ini sebagai orang tua, tapi mereka tetap remaja labil yang masih sangat tidak stabil emosinya. Perpisahan mereka menunjukkan bahwa memang membangun rumah tangga butuh 2 orang yang sama-sama kuat dan sabar. Dua hal yang mungkin belum bisa dimiliki anak seusia mereka. Akhir yang tidak menyenangkan tapi cukup masuk akal. Tapi walau begitupun keputusan akhir dimana sang bayi dirawat oleh ayahnya masih tetap menunjukkan hebatnya kedua orang tuanya.
2. Orang Tua
Kenyataan seperti di film ini pasti akan terasa pahit bagi orang tua manapun. Baik dari sisi laki-laki maupun perempuannya. Di film ini menunjukkan 2 tipe orang tua, yang pertama orang tua yang memiliki karir, kaya, tapi punya sedikit waktu untuk bersama anaknya yaitu orang tua Dara; dan orang tua yang lebih banyak berkegiatan di rumah, ekonomi pas pasan, tapi punya banyak waktu bersama anak yaitu orang tua Bima. Pola pikir yang menjadi pembeda diantara mereka. Orang tua bima lebih mengedepankan bertanggung jawab pada anak yang dikandung Dara, sedangkan orang tua dara mengedepankan masa depan anaknya. Tidak ada yang salah, perbedaan tersebut justru membuat mereka bisa saling melengkapi.
Yang paling saya apresiasi adalah bahwa seberat apapun, sekesal apapun, kedua orang tua ini tetap menjalankan apa yang diputuskan oleh anak-anaknya. Jika kita perhatikan lagi, semua keputusan besar pada akhirnya ada di tangan Bima dan Dara. Ini sangat luar biasa. Saat ini masih banyak orang tua yang merasa bahwa anaknya adalah miliknya. Saat anak melakukan kesalahan maka banyak orang tua yang menganggap bahwa otomatis mereka bisa mengambil alih kendali. Padahal saya rasa tidak. Membiarkan anak menyelesaikan masalah dan mengambil keputusannya sendiri justru adalah bentuk kasih sayang terbaik yang bisa diberikan orang tua, karena dari 2 hal itu anak akan belajar bahwa hidup bukan hanya sekedar benar dan salah.
Di beberapa adegan juga seolah-olah menyampaikan secara langsung apa yang sering menjadi penyebab rusaknya hubungan orang tua dan anak. Seperti kurangnya waktu yang diberikan orang tua Dara kepada anaknya, kurang seringnya orang tua mengobrol dengan anaknya seperti yang dikeluhkan orang tua Bima, dan mengenai buruknya cara anak dan orang tua berkomunikasi disaat terjadi konflik. Momen-momen barusan yang paling menyentuh sisi kekeluargaan buat saya.3. Lembaga Pendidikan
Sikap dari sekolah Bima dan Dara tidak kalah penting menurut saya. Di film menunjukkan bahwa akhirnya Dara harus berhenti sekolah. Pihak sekolah tidak mengeluarkan tapi menghimbau untuk mengundurkan diri. Bagi sebagian orang memang ini hal yang tepat. Tapi ada satu hal yang cukup mengganggu bagi saya pribadi.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan. Tugasnya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Membenarkan yang keliru, memberikan pengetahuan bagi yang tidak tau, dan membimbing yang salah. Secara profesional memang sekolah tidak salah, karena mereka tidak mengeluarkan Dara. mereka hanya menyarankan, karena khawatir Dara tidak bisa menerima tekanan dari teman-temannya. bagi saya ini terkesan seperti "mengusir secara halus".
Saya rasa semua orang berhak atas pendidikan. Walaupun dia orang paling hina sekalipun, ia tetap punya hak untuk pendidikan. Bagi saya, hak mendapatkan pendidikan sama seperti hak menghirup oksigen, tidak ada batasnya. Saat seseorang melakukan kesalahan, respon dari lingkungannya akan sangat berpengaruh besar atas bagaimana kesalahan itu dapat merubah hidupnya. Dan lembaga pendidikan seharusnya dapat memahami ini. Dara dan Bima masih ada di usia remaja, butuh dukungan dan bimbingan dari lingkungan sekitar. Bimbingan yang tepat akan membuat remaja bisa mencegah suatu kesalahan terjadi, membangkitkan mereka dari keterpurukan, dan menjadikan sebuah kesalahan menjadi pembelajaran yang nantinya bisa melahirkan pribadi yang lebih baik lagi. Setelah keluar dari sekolah, otomatis Dara kehilangan akses dari 1 tempat yang bisa memberikan bimbingan kepadanya. Ya walaupun masih ada orang tua. Setiap sekolah atau lembaga tentu memiliki otonomi sendiri untuk membuat sebuah kebijakan. Tapi alangkah lebih baiknya jika tidak mengurangi tujuan awalnya dibentuk. Saya rasa hukuman sosial sudah cukup menyadarkan bahwa dara dan bima sudah melakukan kesalahan. Dan sekolah tidak boleh mendidik dengan cara menghukum.tiga pihak diatas yang paling penting bagi saya untuk dibahas. Karena memang dalam film ini tidak terlalu menunjukkan sisi yang lainnya. Secara keseluruhan film ini sangat perlu ditonton dan di bahas. Saya rasa akan menarik jika diadakan nobar dan diskusi di sekolah-sekolah. Bisa jadi ajang promosi kesehatan reproduksi dan resiko pernikahan usia dini juga.
Tulisan ini berdasarkan sudut pandang saya dan tentu akan ada perbedaan persepsi diantara semua penonton. Tapi secara keseluruhan saya sangat mengapresiasi dibuatnya film ini. Diluar pro kontra yang ada, kita harus ingat bahwa semua orang pasti melakukan kesalahan, baik yang fatal maupun tidak, yang perlu kita lakukan adalah belajar dari kesalahan yang kita lakukan maupun orang lain lakukan.